Dinamika Tim: Membangun Lingkungan Kerja yang Menyenangkan

Louisa Natalika Jovanna
4 min readJun 6, 2021
Team (Source)

Umumnya suatu produk dikembangkan secara berkelompok. Oleh karena itu, dinamika tim menjadi salah satu faktor yang penting dalam pengembangan suatu produk. Pada artikel ini, saya akan membahas mengenai dinamika tim.

Dinamika Tim

Istilah dinamika tim pertama kali diperkenalkan oleh Kurt Lewin yang merupakan seorang psikolog sosial dan pakar manajemen perubahan pada tahun 1939. Menurut Lewin, dinamika tim berarti memahami setiap individu di dalam tim yang membentuk sebuah tim, sebuah metode untuk mengeksplorasi perilaku dan alasan dari perilaku tersebut. Dinamika tim yang positif terjadi ketika antar individu di dalam tim saling percaya, mampu bekerja secara kolektif, dan saling bertanggung jawab. Tim yang memiliki dinamika positif akan memiliki konflik yang lebih sedikit.

Memotivasi dan Membangun Dinamika Tim

Berikut adalah beberapa hal yang dapat diterapkan untuk memotivasi dan membangun dinamika tim serta implementasinya pada kelompok PPL saya (RPL+1).

Bertemu dengan Tim

Pertemuan dengan tim dapat menciptakan budaya inklusi. Dengan mengadakan pertemuan tim, antar anggota tim dapat mengenal satu sama lain secara pribadi. Di dalam pertemuan tersebut dapat disisipkan pembaharuan mengenai pencapaian baik tim maupun pribadi. Selain itu, berikan juga ruang bagi setiap anggota tim untuk saling bertanya. Hal ini sangat penting untuk menghindari miskomunikasi.

Kebetulan, domisili kelompok PPL saya beragam dan jaraknya berjauhan. Ada yang tinggal di Jakarta, Bogor, Bandung, bahkan Kalimantan dan Kupang. Selain itu, berhubung saat ini masih dalam masa pandemi COVID-19, pertemuan tim secara tatap muka rasanya sulit untuk dilakukan. Oleh karena itu, kami memanfaatkan perkembangan teknologi melalui media panggilan video agar pertemuan terasa nyata. Di sana, biasanya kami banyak berdiskusi mengenai cara mengimplementasikan suatu fitur serta kesulitan yang kami rasakan selama pengerjaan. Adanya komunikasi tersebut sangat membantu kami untuk lebih dekat satu sama lain sehingga timbul rasa nyaman di dalam kelompok.

Menyampaikan Masalah Sejak Dini

Dengan menyampaikan masalah kepada anggota lain, kita menjadi lebih berani untuk terbuka. Keterbukaan antar anggota sangat penting agar seluruh anggota di dalam tim berada pada state yang sama. Hal ini akan memperkuat kepercayaan bahwa tim bekerja sebagai satu kesatuan di mana bekerja sama sebagai satu kesatuan menjadi suatu prioritas.

Pada kelompok PPL saya, ketika kami memiliki masalah maka akan kami sampaikan sesegera mungkin. Contohnya, saat ada anggota yang kesulitan untuk mengimplementasikan suatu fitur, maka kesulitan tersebut akan segera disampaikan. Dengan demikian kesulitan tersebut tidak menjadi blockers bagi kami dalam mengembangkan produk.

Ketika terjadi error pada aplikasi yang kelompok saya bangun

Dokumentasikan Rencana Tim

Dengan adanya dokumentasi yang jelas, pembagian kerja antar anggota juga menjadi jelas. Adanya dokumentasi tersebut juga membantu anggota untuk memetakan tanggung jawabnya. Dokumen ini harus dapat diakses oleh setiap anggota sehingga umpan balik, pertanyaan dan masukan dapat disampaikan dengan jelas kepada orang yang bersangkutan.

Setiap dua minggu sekali, setelah mengadakan Sprint Review, kelompok PPL saya akan mengadakan Sprint Planning. Kami mendiskusikan backlog yang akan kami kerjakan selama dua minggu ke depan. Hasil dari diskusi tersebut kami dokumentasikan pada notion di mana setiap backlog akan ditugaskan kepada satu sampai dua orang (tergantung kebutuhan). Pada dokumentasi juga tertera progress dari backlog tersebut. Hal ini memudahkan kami untuk mengetahui perkembangan satu sama lain. Selain itu, adanya dokumentasi tersebut memudahkan kami untuk mengetahui kepada siapa kami harus bertanya jika ada pertanyaan terkait backlog.

Sprint Planniing Board Kelompok RPL+1

Membangun Kapasitas Tim

Setiap orang memiliki kemampuannya masing-masing. Ada yang unggul di suatu bidang, ada pula yang unggul di bidang lain. Perbedaan tersebut diharapkan dapat saling melengkapi dengan cara berbagi pengetahuan satu sama lain. Adanya proses berbagi pengetahuan dapat membantu setiap anggota untuk semakin membangun kapasitas masing-masing.

Membangun Kapasitas Berdasarkan Suatu Tujuan

Membangun kapasitas tim tentunya membutuhkan waktu. Oleh karena itu, dalam membangun kapasitas tim, pertama-tama kita harus dapat menentukan hal yang bisa dan tidak bisa dilakukan. Kita harus menerima bahwa dalam kondisi tertentu terdapat hal yang membutuhkan waktu lebih untuk dipelajari.

Misalnya, dalam kelompok PPL saya, pada fase Sprint 1 kami sangat kesulitan dalam mengembangkan frontend karena hampir seluruh anggota tim belum terbiasa menggunakan React. Oleh karena itu, kami tidak menekan satu sama lain melainkan bersama-sama secara perlahan namun pasti mempelajari framework React.

Intensi yang Jelas

Dengan intensi yang jelas, anggota tim lain dapat mengambil bagian dengan pikiran yang terbuka. Selain itu, dengan intensi yang jelas antar anggota juga dapat saling mendukung sehingga dalam membangun kapasitas kita tidak menjebak anggota lain dengan harapan yang tidak jelas.

Servant Leader

Menurut Robert Greenleaf, dalam bukunya yang berjudul “The Servant as Leader”, servant leadership hadir dari seseorang yang mempunyai rasa ingin melayani kemudian secara sadar membawa seseorang untuk memimpin dengan cara menempatkan kebutuhan anggota sebagai prioritas, menghormati dan menghargai pentingnya setiap individu, dan membantu orang lain dalam mencapai suatu tujuan bersama. Intinya, seorang servant leader merupakan seorang pemimpin yang memiliki keinginan untuk melayani.

Karakteristik utama dari seorang servant leader adalah keinginan untuk melayani hadir sebelum adanya keinginan untuk memimpin. Oleh karena itu, yang menjadi prioritas dalam kepemimpinan servant leader adalah pegembangan tim yang diikuti keberhasilan.

Sosok servant leader juga saya rasakan melalui kehadiran Scrum Master, yaitu Kak Mikhael. Scrum Master berperan dalam memimpin Sprint Planning, Sprint Retrospective dan Daily Standup dengan tetap melibatkan anggota tim sebagai pengambil keputusan. Sebagai seorang servant leader, Kak Mikhael, selaku Scrum Master kami, selalu berusaha untuk melayani kami dengan mendengarkan kesulitan kami, membantu mengatasi kesulitan kami dengan memberikan saran, selalu mendukung kami, dan juga memberikan reward.

Referensi

--

--

Louisa Natalika Jovanna

An undergraduate Computer Science Student at University of Indonesia